Hati-hati dengan opini Anda mengenai seseorang! Jangan asal bicara karena ucapan Anda dapat membuat hidup orang lain menderita dan merana.
Hal tersebut dirasakan oleh Kevin Carter, seorang fotografer yang meliput perang saudara di Sudan. Dalam perjalanan liputan , dia bertemu anak perempuan kurus kering terjatuh di jalan. Gadis kecil tersebut itu jatuh meringkuk di tanah dan tak mampu lagi melanjutkan perjalanannya menuju kamp PBB untuk memperoleh makanan dan minuman.
Beberapa meter di belakangnya burung bangkai mengintai. Tampaknya burung tersebut telah mencium aroma kematian dari tubuh balita tersebut. Kevin Carter kemudian membidiknya lalu mempublikasikannya lewat media cetak di Amerika Serikat.
Melalui foto tersebut, dunia mengetahui bahwa apa yang terjadi di Sudan lebih daripada sekedar perang saudara, melainkan sebuah bencana kemanusiaan yang besar, yaitu kelaparan yang maha dahsyat.
Beruntunglah dunia, karena melalui Carter, sebuah kebenaran telah terkuak. Setelah itu, banyak negara mengecam pemerintah Sudan untuk segera menghentikan perang. Sebagai jasanya Carter dianugrahi piala Pulitzer, yaitu penghargaan tertinggi untuk para jurnalis. Namun sayangnya, tidak semua orang memandang Carter dengan cara demikian. Setelah publikasi foto tersebut, banyak orang menuding Carter sebagai orang yang tidak berperikemanusiaan dan egois. Ini terjadi karena dia tidak bisa menjawab bagaimanakah nasib gadis kecil itu. Masih hidupkah atau terkapar karena kelaparan.
Carter berusaha menangkis tudingan tersebut dengan mengatakan bahwa dia sudah berusaha untuk mengusir burung bangkai tersebut, tetapi sia-sia. Burung tersebut kembali mengintainya. Carter juga berargumen bahwa sebagai seorang jurnalis, dia tidak diperbolehkan turut campur dalam wilayah konflik tersebut. Bahkan untuk menyentuh gadis itu pun dia dilarang karena sudah diperingatkan oleh otoritas terkait mengenai peyebaran penyakit.
Namun, tahukah Anda dibalik argumen dan pertahanan yang dia buat, ada rasa sakit yang begitu mendalam yang Carter rasakan kala dia tidak dapat berbuat apa-apa untuk gadis kecil tersebut. Rasa bersalah itu menggerogoti jiwanya menjadi sebuah trauma tak terlupakan. Hingga akhirnya, tiga bulan setelah menerima piala Pulitzer, Carter memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang mengerikan. Beberapa saat setelah dia meninggal gadis kecil yang ditinggalkannya itu ternyata diketahui masih hidup di sebuah kamp penampungan.
Tragis memang ! Namun demikian, hal ini dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi kita untuk tidak mengadili orang menurut cara pandangan Anda saja, karena dalam sebuah permasalahan terdapat berbagai dimensi di dalamnya. Oleh karena itu, selalu bijak beropini dan jangan biarkan orang lain menderita karena ucapan kita yang belum tentu benar.
Berhati-hatilah !
sumber : CNINEWS Edisi Juli 2012.